Dan kalimat
itu, kenapa kalimat itu pernah terluncur dari bibir kamu. Kalimat yang pernah membuat
saya mengambil keputusan untuk percaya, kepercayaan yang sebenarnya bahkan
tidak mengetuk gerbang logika saya, dan saya memutuskan untuk tetap percaya. Kalimat
yang membuat saya melayang cukup lama diantara langit dan bumi, tanpa menjejak
tanah, hampir sulit untuk dicerna oleh logika.
Dan kamu,
satu-satunya orang yang telah berhasil menyimpangkan persepsi saya mengenai
masa lalu. Bertahun-tahun saya menjadi seseorang yang bersahabat baik dengan
masa lalu, tak perduli mereka indah ataukah kelam. Seringkali saya tetap
menyapa mereka meski saya telah berjalan meninggalkan mereka semakin jauh didepan.
Tapi tidak lagi kini, keduanya telah terkotak dengan dinding pemisah yang
tebal, satu kotak akan tetap ada, dan satu lagi...

Bukan, bukanlah
kamu yang ingin saya lupakan, tapi semua yang pernah terjadi, dan suatu hal
yang terlanjur terciptalah yang ingin saya lupakan. Tiada siapa yang salah,
tidak saya, tidak pula kamu, nyatanya saya tidak mungkin bisa membenci kamu, tidak akan pernah bisa. Barangkali kita hanya pernah terjebak dalam satu
permainan, tidak mengapa, bukankah menjadi dewasapun harus melalui masa kanak-kanak
yang selalu dipenuhi dengan permainan? Tapi setidaknya setelah ini saya ingin
kamu mampu berucap kepada siapapun nanti, bahwa kamu tidak sedang bermain-main lagi, tidak dengan hatinya.
Tidak
banyak orang yang bisa menterjemahkan kebisuan, tidak banyak orang yang bisa
mencerna makna kata dibalik diam. Dan pada akhirnya saya tahu, bagi kamu, diamnya
saya memang tidak pernah berkata-kata, diamnya saya bahkan
tidak memiliki makna.

Jogja, 27 Agustus 2012