Laman


Kamis, 28 Agustus 2014

BE ACCEPTABLE ON WHAT’S BEYOND YOUR ABILITY

“Kamu hanya butuh waktu. Luka dibadan saja butuh waktu untuk sembuh.” Kata seorang sahabat dalam perbincangan kami pada suatu malam. Saya terdiam sejenak. Kalimat itu menyeret saya pada tahunan silam, saat saya yang masih berseragam putih abu-abu dengan penuh kepastian meyakinkannya pada kalimat serupa. Tak lama kemudian sahabat saya itu tertawa penuh kemenangan, disusul dengan gelak tawa konyol saya yang baru tersadar dengan siklus kalah dan menang yang sedang berputar. Sial, batin saya.

“Butuh waktu sekian tahun bagi saya untuk membalas kamu dengan kalimat itu. Akhirnya…” katanya lagi. Kalimat yang pernah saya ucapkan itu sebenarnya tak hanya melintas di sepanjang tahun yang kami lewati, saya yakin ia telah melintasi banyak jaman sebelumnya. Para pujangga tak sembarang merumuskannya. Dibutuhkan peristiwa demi peristiwa, saksi demi saksi,  yang menguji keabsahannya dari waktu ke waktu hingga kalimat ini menjadi sedemikian klasik dan sulit dibantah walau jaman telah berganti.

Sahabat saya mendengar kalimat itu saat barangkali saya belum benar-benar mengerti dengan apa yang saya ucapkan. Beruntungnya telinga dan mata saya waktu itu telah cukup awas untuk memperhatikan kalimat klasik itu hadir di televisi, di majalah, atau entah darimana asalnya, saya lupa. Keawasan itu saya sejajarkan dengan logika yang sangat amat sederhana, bahwa jika ada bagian tubuhmu yang terluka dan membuatmu berdarah, diobati dengan obat merah sekalipun, tetap saja tidak mungkin  luka tersebut kering dan hilang dalam sesaat. Dibutuhkan detik, menit, jam, bahkan hari demi hari untuk menyembuhkannya.

Waktu menyembuhkan segala luka. Serahkan saja pada waktu dan… Simsalabim abrakadabra… luka akan sembuh. Syaratnya barangkali hanya satu, serahkan keyakinanmu bahwa ada banyak hal di dunia ini yang berada diluar kendalimu. We can’t carry the weight of the heavy world, right ? Itu berada di luar kendali kita, di luar kuasa kita. Kadang kita lupa mengimaninya sehingga kita terus menyangkal, menolak, dan bahkan memaksa. Padahal semua itu hanya akan membuat batin kita lelah, dan frustasi bisa menjadi dampak selanjutnya. Saya menduga, bukan tidak mungkin itu pula yang menjadi salah satu faktor yang membuat beberapa artis ternama dunia memutuskan untuk bunuh diri setelah merasa bahwa dirinya tak lagi tenar seperti dulu. Bisa jadi mereka terlalu percaya bahwa segala sesuatu yang mereka dapatkan adalah karena mereka, tepatnya karena kekuatan yang berada di dalam diri mereka sendiri, tanpa ada kekuatan magis lain yang mengendalikan. Sehingga ketika tiba saatnya pesona mereka tak lagi mampu memikat dunia, mereka terus memaksakan diri dengan berbagai cara. Jika tetap tak bisa, maka mungkin setelah itu mereka akan mengutuk diri sendiri, frustasi karena tak bisa apa-apa dan merasa tak berguna lagi hidup di dunia. Lupa tentang hal-hal yang sebenarnya memang ada di luar kendali.

Remember that there are a lot of things in this world are beyond of your ability, it’s not yours, it’s God’s. Bagi saya itulah hakikat sebenarnya ketika waktu diatasnamakan sebagai penawar dari sebuah luka. Ada kalanya kita harus menerima dan sadar bahwa kendali tak selamanya berada di tangan kita. Waktu akan menjawab setepatnya. Jangkanya ? It’s not only depends on how much you can trust it can be healed, but also depends on how good you can control your ego by accepting what’s beyond your ability.

Tanjung, 28 Agustus 2014

0 komentar: