Jauh, jauh
sbelum hari itu tiba, kamu sudah mempersiapkan segalanya agar cukup untuk membuatnya merasa bahwa hari itu memang adalah
miliknya.
Jauh, jauh sebelum hari itu tiba, sebegitu kerasnya kamu berusaha meredam pedihmu, amarahmu, rasamu, egoismu, agar jika tiba saatnya hari itu datang maka lenyaplah semua yang sedang kamu rasa, walau setidaknya untuk satu hari itu saja.
Sesuatu telah kamu persiapkan, dan kamu niatkan untuk diberikan. Tak begitu berharga mungkin, tapi kamu berharap itu sedikit bisa membantunya untuk lebih damai menjalani hidup, kamu seolah telah tahu banyak tentang hidupnya, meski mungkin akan terlihat sok tahu baginya.
Jauh, jauh sbelum hari itu tiba, kamu merancang kata-kata yang akan mencairkan suasana yg selama ini beku, kebekuan yang lebih banyak kamu buat sendiri, kebekuan yang kamu anggap sebagai benteng pertahananmu, kebekuan itu... harus cair walau setidaknya hanya untuk satu hari itu saja, pikirmu.
Dan kamu juga tahu, sesuatu yg harus kamu berikan itu, mungkin tidak akan kamu sodorkan tepat pada waktunya, mungkin terlambat sehari, seminggu, tapi entah kenapa kamu yakin bahwa tidak lama lagi kamu pasti akan memberikannya. Hingga kamu mempersiapkan segalanya dengan hampir sempurna, kotak bingkisan yg kamu beli sehari sebelumnya, warna yang matching dengan isinya, dan namun... satu hal yang memang tertinggal, belum kamu tuliskan dikotak itu bahwa itu diperuntukkan baginya, bahkan sampai sekarang kamu belum melakukannya.
Dan siapa yg menyangka, ternyata kamu mungkin tidak akan pernah melakukannya, kotak itu seolah tak akan beralamat, tak tahu kemana tujuannya. Keyakinanmu seketika berubah ketika hari itu tiba, sirna tepat beberapa jam sebelum hari itu berakhir, jawaban atas pertanyaan mengapa tidak akan berarti apa-apa.
Kini.. kamu bahkan tidak memiliki daya menggerakkan tanganmu untuk sekedar menuliskan namanya dan sedikit kata-kata diatas kotak itu, sebagaimana yang telah kamu rancang masak-masak diotakmu sebelumnya, sebagaimana seorang arsitek yang menggambar detail desain bangunannya.
Jauh, jauh sebelum hari itu tiba niatmu kamu tuliskan.. Dan tepat di hari itu pula niatmu tidak kamu wujudkan, entah akankah pernah kamu jadikan nyata, sepertinya tidak. Niatmu tiba-tiba hilang tersapu ombak karena kamu seakan hanya menulisnya diatas pasir pantai yg tak bisa berdamai dgn ombak dalam hal semacam itu..
Lama kamu berdiri mematung, memangkas ingatan tentang jauh jauh hari yg telah kamu persiapkan. Menghanguskan jauh jauh hari bodoh yang pernah kamu pikirkan lalu membuang seluruh abunya ke lautan lepas hingga tak ada lagi yang membekas.
Jauh, jauh sebelum hari itu tiba, sebegitu kerasnya kamu berusaha meredam pedihmu, amarahmu, rasamu, egoismu, agar jika tiba saatnya hari itu datang maka lenyaplah semua yang sedang kamu rasa, walau setidaknya untuk satu hari itu saja.
Sesuatu telah kamu persiapkan, dan kamu niatkan untuk diberikan. Tak begitu berharga mungkin, tapi kamu berharap itu sedikit bisa membantunya untuk lebih damai menjalani hidup, kamu seolah telah tahu banyak tentang hidupnya, meski mungkin akan terlihat sok tahu baginya.
Jauh, jauh sbelum hari itu tiba, kamu merancang kata-kata yang akan mencairkan suasana yg selama ini beku, kebekuan yang lebih banyak kamu buat sendiri, kebekuan yang kamu anggap sebagai benteng pertahananmu, kebekuan itu... harus cair walau setidaknya hanya untuk satu hari itu saja, pikirmu.
Dan kamu juga tahu, sesuatu yg harus kamu berikan itu, mungkin tidak akan kamu sodorkan tepat pada waktunya, mungkin terlambat sehari, seminggu, tapi entah kenapa kamu yakin bahwa tidak lama lagi kamu pasti akan memberikannya. Hingga kamu mempersiapkan segalanya dengan hampir sempurna, kotak bingkisan yg kamu beli sehari sebelumnya, warna yang matching dengan isinya, dan namun... satu hal yang memang tertinggal, belum kamu tuliskan dikotak itu bahwa itu diperuntukkan baginya, bahkan sampai sekarang kamu belum melakukannya.
Dan siapa yg menyangka, ternyata kamu mungkin tidak akan pernah melakukannya, kotak itu seolah tak akan beralamat, tak tahu kemana tujuannya. Keyakinanmu seketika berubah ketika hari itu tiba, sirna tepat beberapa jam sebelum hari itu berakhir, jawaban atas pertanyaan mengapa tidak akan berarti apa-apa.
Kini.. kamu bahkan tidak memiliki daya menggerakkan tanganmu untuk sekedar menuliskan namanya dan sedikit kata-kata diatas kotak itu, sebagaimana yang telah kamu rancang masak-masak diotakmu sebelumnya, sebagaimana seorang arsitek yang menggambar detail desain bangunannya.
Jauh, jauh sebelum hari itu tiba niatmu kamu tuliskan.. Dan tepat di hari itu pula niatmu tidak kamu wujudkan, entah akankah pernah kamu jadikan nyata, sepertinya tidak. Niatmu tiba-tiba hilang tersapu ombak karena kamu seakan hanya menulisnya diatas pasir pantai yg tak bisa berdamai dgn ombak dalam hal semacam itu..
Lama kamu berdiri mematung, memangkas ingatan tentang jauh jauh hari yg telah kamu persiapkan. Menghanguskan jauh jauh hari bodoh yang pernah kamu pikirkan lalu membuang seluruh abunya ke lautan lepas hingga tak ada lagi yang membekas.
Takkan ada
apa-apa yang diberikan, takkan ada apa-apa yang dicairkan...
Begitu mungkin lebih baik.
Begitu mungkin lebih baik.
Jogja, 04 Agustus 2012