Indonesia tanah air beta !
Halo semuanyaaaa.. di
tengah-tengah keroyokan tugas kuliah di semester 6 yang menyibukkan ini entah kenapa rasanya tiba-tiba saya ingin
menulis, mungkin sebagai pelarian, atau hiburan juga barangkali. Karena saya hanya
sedang ingin menulis, maka saya akan menulis apa saja yang bisa ditulis.
Menulis apa yaaaaa.... #berpikir
Hmmmm... rasanya sudah cukup lama
juga saya vakum dari dunia keblogspotan dengan tulisan yang bergenre
jalan-jalan. Jadi kali ini mungkin saya
akan menulis tentang perjalanan saya bersama teman-teman Lepo Mania ke Dieng
beberapa waktu yang lalu. Jalan-jalan men !
Pada kenal gak sih sama yang
namanya Lepo Mania? Lepo mania itu isinya adalah anak-anak Physicfighter10 yang
suka jalan-jalan ngalor ngidul kemana-mana. Lha Physicfighter 10 itu apa? Physicfighter
10 adalah komunitas yang berisi kumpulan mahasiswa yang sejak tahun 2010 dipersatukan pada jurusan
kuliah yang sama di FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, yaitu jurusan
pendidikan Fisika. Tidak perduli perkara masuk jurusan fisika itu adalah karena
nyasar, salah klik waktu mendaftar online SNMPTN, salah jurusan, unsur keterpaksaan, keinginan
luhur dari hati, atau apalah yang lainnya, yang jelas selama ini Physicfigter10
menuntut ilmu dibawah atap yang sama untuk bersama-sama mempersiapkan diri menjadi
pendidik bangsa Indonesia di masa depan. #tsaaaaahhh.. haha
Terlahir sebagai cicit-cicit yang
hampir setiap harinya harus dipusingkan dengan warisan rumus-rumus besar karya
mbah Albert Einstein dan kawan-kawan,
mungkin menjadi salah satu faktor yang membuat anak-anak di komunitas ini
senang sekali mencari hiburan atau refreshing untuk sejenak melepaskan diri
dari yang namanya matfis, kuantum dan lain-lain sejenisnya, salah satu
bentuknya adalah melalui jalan-jalan. Karena itulah, setiap kali ada
kesempatan, para Lepo mania ini sering sekali mengadakan acara mengukur jalan
dengan naik motor ke berbagai wilayah di sekitar Yogyakarta, diantaranya
Temanggung, Gunung Kidul, Tawangmangu, Magetan, Kebumen, Kulonprogo, Purworejo,
dan yang terakhir ini adalah ke Dieng. Konsep yang diusung selama perjalanan
ini adalah Touring, jadi ya kemana-mananya naik motor saja, kalau bensinnya
habis ya ngisi sama-sama, kalo ban motornya ada yang gembos ya cari tukang
tambal sama-sama, kalo ada yang nyasar ditengah-tengah perjalanan ya yang
nyasar harus kreatif menemukan jalan untuk kembali ke rombongan dan yang
lainnya harus mengarahkan agar yang nyasar bisa segera kembali kejalan yang
benar, kalo pada gak tau jalan semuanya ya harus cari jalan sama-sama. Faktanya,
touring-touring jauh yang selama ini kami lakukan justru ternyata seringkali tidak seorangpun dari kami
tahu arah tepatnyanya, jadi ya hanya mengandalkan papan petunjuk jalan saja.
Berikut ini adalah foto touring kami di beberapa tempat.







Nah untuk yang kali ini saya akan
menceritakan touring ke Diengnya saja, yang lainnya biar foto saja yang
menceritakan, heheheee. Pergi ke Dieng adalah salah satu kalimat yang tertera
dalam list Things to do before I die yang saya punya, tempat ini sudah cukup lama
menawan hati saya, Alhamdulillah sudah terlaksana, meskipun dalam list itu
sebenarnya saya menuliskan pergi ke Dieng pada bulan Juli 2012, baru bisa
terlaksana di bulan januari 2013 yang lalu, hehe. ya tidak apa-apa, yang
penting sudah kesampaian :p
Garis start kami dimulai dari
Dekanat selatan FMIPA UNY di pagi hari selasa 15 Januari 2013. Ada 15 anak yang
akan ikut touring kali ini. Perjalanan pun dimulai ! Rencananya, kami akan
menginap di rumah Deni, di daerah Kaliwiro Wonosobo, baru besok paginya berangkat
ke Dieng. Sebelum sampai di rumah Deni kami mampir dulu ke rumah Heru di
Kulonprogo dan rumah Jojo di Purworejo, kebetulan Jojo sedang mengadakan acara
syukuran pelengserannya sebagai ketua Hima (Lho kok disukurke ? hehe :p )
pokokmen dalam rangka mengakhiri masa jabatannya di Hima mungkin. Siang harinya kami langsung cuuus melanjutkan
perjalanan ke rumahnya Deni, lewat waduk wadas lintang, teruuuuus aja ngikutin
jalan yang berkelok-kelok dan bikin pusing, ditambah hujan yang sekali sekali
menghadang kami di tengah jalan. Lucunya, mbak Deni sang pemilik rumah justru
tidak bersama kami, karena tadi paginya masih ada keperluan di jogja, diapun
memutuskan untuk menyusul dan tidak berangkat ke rumahnya bersama kami. Jadi,
mau tidak mau kami harus mencari-cari sendiri dimana rumahnya.
Sore harinya kami tiba di rumah
Deni, keluarganya menyambut kami dengan sangat hangat. Hehe, padahal kami sudah
bikin ricuh banget, bayangin aja men 15 orang tumplek blek disitu. Sore
berganti malam dan malampun berganti pagi. Perjalanan pun dilanjutkan !
Dieeeeenggg... can’t wait to see you.... !
Dieng masih sekitar 3 jam dari
rumah Deni, motor kami pun melaju menuju kota Wonosobo, dan terus menuju ke daerah
pegunungan, sampailah kami memasuki kawasan lembah Dieng. Subhanallaaahh.. indahnyaaaa...
rasanya seperti berada di negeri indah di atas awan, motor kami terus melaju
perlahan di jalan yang berkelok-kelok dan mendaki, dengan pemandangan hijau
yang menyejukkan di kiri kanan jalan, disambut indahnya persawahan, perkebunan
carica, wortel, kubis, dan lain-lain. Saat itu sedang gerimis, jadi kami harus
ekstra hati-hati dan tetap konsentrasi dalam mengemudikan kendaraan, karena
selain licin, banyak jurang juga di sisi kiri dan kanan jalan.
Sampailah kami di Kawah Sikidang.
Kawah Sikidang adalah sebuah Kawah yang airnya selalu mendidih dan menyemburkan
gas yang beraroma belerang. Disebut Sikidang karena semburannya selalu
berpindah-pindah tempat, seolah melompat-lompat seperti Kijang yang sedang
berlari. Kawah Sikidang tidak berada di puncak gunung, melainkan di daratan
yang menyerupai sebuah sumur, sehingga wisatawan dapat menyaksikan aktifitas
kawah ini dari jarak yang cukup dekat,bahkan sampai di bibir kawah. Karena
kawah ini menyemburkan gas yang beraroma belerang, otomatis tempat ini penuh
dengan aroma belerang, dan kata orang-orang, di tempat ini wisatawan dilarang
mengucapkan kata “bau”, Ooopps keceplosan ya.. :p



Setelah itu, kami ke Telaga Warna
yang jaraknya tidak begitu jauh dari Kawah Sikidang, jarak antar tempat wisata
di tempat ini memang bisa dikatakan saling berdekatan. Telaga warna adalah sebuah
telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan
lembayung, namun warna-warna tersebut akan lebih jelas terlihat jika kita
melihatnya dari tempat yang lebih tinggi, waktu itu kami tidak sempat naik ke
tempat tinggi tersebut, jadi kami menikmati keindahannya dari sisi telaga saja.
Selain telaga warna, disana juga ada goa semar, goa jaran, dan goa apa lagi
yaa.. saya lupa..
Nah setelah itu, Lepo mania ini
melaju lagi ke Candi Gatotkaca. Melihat Candi dengan background lembah dan
pegunungan yang serba hijau seperti ini rasanya sesuatu banget deh pokoknya,
Tuhan memang hebat sekali melukis alam ini..
Pukul 12 siang harinya kami
memutuskan untuk pulang, supaya tidak kemalaman sesampainya nanti di Jogja.
Sebelum benar-benar meninggalkan Wonosobo, kami mampir dulu ke toko oleh-oleh
untuk membeli manisan Carica dan makan mie ongklok, makanan khas dari Dieng,
hmmmm... nyammiii...
Rute perjalanan pulang yang kami tempuh
tidak sama seperti rute perjalanan yang kami lewati kemarin, kali ini kami
melewati rute yang lebih pendek untuk sampai ke Jogja. Hujan rupa-rupanya masih
setia menemani perjalanan pulang kami, tapi tidak mengapa, kehujanan bersama
kawan-kawan dengan suasana kebersamaan seperti ini rasanya malah lebih hangat.
Kami tiba di Purworejo di rumah Ryan pada pukul 5, pukul 7 nya kami kembali
melewati Kulonprogo dan sampailah kami kembali di kota Jogja sekitar jam
setengah 9 malam. Alhamdulillaaah..
Indonesia tanah air beta !
Nah begitulah cerita saya kali
ini, barangkali juga bisa dianggap sebagai ajang ngiming-ngimingi buat temen2 yang belum pernah ke Dieng supaya segera pergi
ke Dieng, hihiii.. kesana deh, nikmatin indahnya Indonesia, indahnya ciptaan
Tuhan, dijamin gak bakalan nyesel. What a beautiful place !
Jogja, 15 Maret 2013