Stasiun Lempuyangan, 8 Mei 2013
Perjalanan adalah suatu hal yang sebenarnya akrab dengan
kehidupan manusia. Jauh atau pun dekat, ketika seseorang melakukan perpindahan
dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk suatu tujuan maka dapat dikatakan ia melakukan
perjalanan. Dalam melakukan perjalanan, seringkali kita menggunakan sarana transportasi umum seperti bus, kereta api, kapal, atau pun pesawat. Namanya juga
transportasi umum, tentu ada banyak orang didalamnya. Masing-masing orang tentu punya caranya masing-masing
untuk menikmati perjalanannya. Setidaknya
ini yg dialami oleh orang-orang disekitar saya.
Saya punya seorang teman yang mungkin terbilang unik dalam
menikmati perjalanannya menggunakan transportasi umum, dia teman sekelas saya
di kampus, namanya Arip. Arip adalah seorang
bis mania, dan baru kali ini saya bertemu dengan bis mania macam dia. Selain
naik motor, rupanya Arip menyukai pula bepergian ke luar kota dengan naik bis,
bukan sembarang bis yang mau ia tumpangi, ada bis tertentu yang menjadi
andalannya saat ia bepergian. Nah yang unik dari seorang Arip adalah cara ia
menikmati setiap perjalananannya dengan bis. Arip sering melakukan perjalanan
ke arah timur pulau Jawa dengan menumpangi bis kesayangannya, dan sesampainya di
terminal terakhir, dia hanya berhenti sebentar, kemudian kembali lagi ke
terminal asal dengan bis. Sehingga, tidak lebih dari 24 jam, perjalanan jarak
jauh lintas provinsi pun selesai ia lakukan. Wow!
Banyak orang yang bertanya-tanya, termasuk saya, “Ha? Sampe
terminal Surabaya lalu kamu mau langsung kembali ke Jogja lagi Rip?” suatu
pertanyaan yang dilontarkan kepadanya ketika ia berencana akan mengisi aktivitas libur tanggal
merahnya untuk naik bis ke Surabaya. Pertanyaan
selanjutnya adalah “Buat apa? Mau-maunya capek dijalan -_____-“ . Dengan santai
Arip menjawab “Suka-suka saya dong”. Kebanyakan orang mungkin tidak akan
semudah itu mengerti alasannya, diberi tahu pun belum tentu orang lain bisa
merasakan apa yang si Arip rasakan dalam perjalanannya.
Karena penasaran, sayapun bertanya dan mencari jawaban Arip.
Arip menyukai sensasi salip-salipan antar bis, itu menantang, dan itulah
jawabannya. Untuk menuju daerah Jawa Timur, memang ada satu jalur yang biasanya
dilalui oleh semua kendaraan darat selain kereta api, setiap kendaraan yang melewati jalan
tersebut biasanya saling salip menyalip untuk segera sampai di tempat tujuan,
termasuk bis langganan Arip yang kata kebanyakan orang memang cukup
berpengalaman dalam hal yang semacam ini -____-. Nah hal seperti inilah yang
disukai oleh seorang Arip, karena itu setiap naik bis ia selalu memilih waktu
dimana bis sedang padat-padatnya merayap di jalan tersebut, disaat seperti itu adegan
salip-salipan pun akan semakin seru dan menegangkan, begitu katanya. Dan dia akan memilih tempat
duduk paling depan di dalam bis agar benar-benar merasakan sensasinya. “Lah
kalo gak kebagian tempat duduk paling depan gimana Rip?” tanya saya. “Yo aku
ora sido numpak” jawabnya. Karena bukan tempat tujuan, tapi sensasi
perjalanannya yang ia cari.
Lain lagi dengan teman saya yang bernama Wiwi. “Jogja-Surabaya
ming sak kedipan mata bagi Wiwi” begitulah kata beberapa teman dikelas. Ada
benarnya juga sih, hehe. Menurut cerita dari teman yang pernah bepergian naik
bis dengan Wiwi, Wiwi itu suka tidur kalo dijalan, tidur, tidur dan selalu
tidur. Dan dia baru akan bangun kalau bis sudah sampai di tempat tujuan. Makanya,
jarak antar kota sekian ratus kilometer yang dilalui bis tersebut serasa
dilalui sekedip mata saja bagi Wiwi yang lebih banyak menghabiskan waktu perjalanannya
dengan memejamkan mata. Barangkali dengan cara ini Wiwi mendapatkan kualitas tidur yang berbeda dari tidurnya di tempat biasanya. :D
Ada juga yang mungkin lebih suka menghabiskan waktu dijalan
dengan melakukan hobinya, misalnya membaca buku atau bahkan mungkin merajut.
Salah satu orang yang mungkin menyukai cara ini adalah Mba Meimei, seorang backpacker
cewek yang sudah menjelajah ke banyak tempat,
baik dalam maupun luar negeri. Saya belum pernah bepergian langsung dengan Mba Meimei, tapi setiap dia ke jogja dan mampir ke kos saya, biasanya saya melihat buku
bacaan sebagai salah satu barang yang ia bawa, kadang juga pintalan benang
bahan rajutan, jadi saya pikir mungkin Mba Meimei suka membaca buku atau
melakukan hobinya tersebut selama di jalan, dan ternyata memang benar.
Ada lagi yang tidak bisa ‘anteng’ ketika dijalan, sebut saja
Anggi teman saya sebagai contohnya. Anggi biasanya suka ngoceh kalau di jalan,
kalau tidak ngoceh ya mungkin dia akan menjahili temannya, dari mukul-mukul
kaki temennya, sampai ngeliatin temannya sampai temannya merasa aneh sendiri. Kalau
teman-temannya pada tidur, paling dia main game di handphone, solitare adalah game
yang direkrut secara paksa untuk menjadi teman setianya dalam membunuh kebosanan.
:p
Sementara bagi saya sendiri, tidak ada cara yang lebih nyaman
untuk menikmati perjalanan selain melihat pemandangan disisi kiri-kanan jalan
sambil mendengarkan musik. Mendengar musik disaat-saat seperti ini rasanya
seperti sedang menikmati video klip paling alami, dengan kaca jendela yang menjadi layar adegan berjalan
di kiri kanan jalan. Karena itu, headset menjadi daftar bawaan paling wajib saat
bepergian yang tidak boleh ketinggalan bagi saya setelah dompet dan handphone.
Setiap orang memang memiliki cara sendiri-sendiri untuk
menikmati perjalanan mereka. Selama itu
tidak mengganggu orang lain dan tidak melanggar ketentuannya sebagai penumpang, rasanya cara apapun sah-sah saja. Begitu pula dalam
perjalanan hidup yang berawal dari terminal kelahiran dan berakhir dengan
terminal kematian, setiap orang punya cara masing-masing untuk menikmati perjalanan
hidupnya. Kadang cara kita kelihatan aneh bagi orang lain, atau mungkin cara
orang lainlah yang terlalu tidak masuk akal bagi kita. Pada kenyataannya orang
lain memang tidak mudah menerjemahkan keanehan tersebut menjadi suatu hal yang bisa dimengerti, karena sensasi hidup kita hanya kita sendiri yang merasakan,
bukan orang lain. Sejauh itu tidak mengganggu orang lain dan tidak melanggar
ketentuan sebagai penumpang di atas transportasi dari Tuhan yang
bernama kehidupan, rasanya cara apapun sah-sah saja. :D
Diselesaikan di Kost 56, 10 Mei 2013