Laman


Minggu, 30 Juni 2013

LEPO MANIA GOES TO PUERTO RICO


Sebenarnya cukup terlambat jika baru sekarang saya menuliskan cerita perjalanan terbaru saya bersama teman-teman Lepo mania ke Puerto Rico. Kesibukan ujian akhir semester, kegiatan KKN, dan proposal skripsi, berbagai kegiatan itu tampaknya benar-benar sukses menyita waktu saya sehingga membuat saya jarang menulis dan blog saya terkesan kurang update (mencari kambing hitam, hehe :p). Tapi  pepatah bilang lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, jadi saya akan segera menuliskannya sekarang. Lebih baik terlambat daripada lebih terlambat lagi dan semakin lupa dengan apa yang mau dituliskan. :p

Indonesia tanah air beta !
            Pada tanggal 19-20 Juni 2013 yang lalu, Lepo mania kembali menggelar touring lintas kota yang kali ini menjadikan Puerto Rico alias Purwokerto dan Purbalingga sebagai tujuan akhirnya. Touring ini konon katanya disebut-sebut sebagai touring terakhir sebelum para Lepo mania sibuk dengan urusan skripsi masing-masing, maklum saja karena kami sedang bersiap-siap angkut ransel meninggalkan semester 6, yang berarti secara akademis sudah tidak ada lagi mata kuliah teori yang kami tempuh. Masing-masing dari kami tak lama lagi akan sibuk dengan urusan skripsi masing-masing. Tidak ada lagi nuansa berkumpul dalam ruang kuliah dengan 36 mahasiswa yang selama 3 tahun ini berkumpul dan belajar dibawah sorot lampu yang sama, menatap layar  proyektor yang sama, dan diajar oleh seorang dosen yang sama ditiap mata kuliahnya. Ah saya enggan meneruskan kalimat-kalimat kenangan ini karena pasti rasanya menyedihkan mengenang masa-masa indah bersama kawan-kawan yang tidak bisa diulang. Setelah ini, kami akan menulis skripsi sendiri, bimbingan dengan dosen sendiri, tetapi... moga-moga saat wisuda nanti tidak sendiri :D

       Menutup semester 6 ini, kami pun kembali melakukan perjalanan bersama-sama yang kali ini menjadikan kota-kota yang dijuluki dengan Negeri Ngapak sebagai tujuannya. Senin pagi itu, 16 orang anggota Lepo mania siap menaklukan Jogja-Purworejo-Kebumen-Banyumas-Purwokerto-Purbalingga. 

Cuuuussss mangkaaaattt....




        Dalam perjalanan, motor yang dikemudikan Yudi sempat  menyerempet motor seorang cewek, hasil olah TKP mencatat kejadian ini terjadi di daerah Kulonprogo sekitar satu jam setelah keberangkatan :p. Padahal, selama ini Yudi disebut-sebut sebagai driver yang dipercaya paling baik dan paling hati-hati dalam berkendara diantara drivers Lepo mania lainnya. Kali ini si Yudi khilaf, karena ngelamun mikirin masa depan barangkali. Untungnya si mbaknya gak kenapa2, ngomel sedikit ya wajar saja :p. Selebihnya, perjalanan Alhamdulillah lancar, terlewati dengan adegan salip-salipan menegangkan dengan kendaraan-kendaraan lain, dan sesekali berhenti di pom bensin untuk memberi minum si kuda dan buang air kecil penumpangnya seperti biasanya.

       Siang hari sekitar pukul 12 siang kami tiba di Purwokerto, makan di warung soto khas Purwokerto Soto H. L*so yang ternyata cukup terkenal disana. Terpampang foto-foto selebritis ibukota yang pernah makan ditempat tersebut, bahkan foto Pak Presiden SBY pun menjadi salah satu diantara jejeran foto-foto yang ditempel di dinding rumah makan tersebut, iii waaaaww...

Untuk informasi, harga 1 porsi soto 10.000 rupiah, dan satu gelas es teh 3000 rupiah. Namun sayang, bagi kami yang kala itu kelaparan, porsi itu sebetulnya tidak cukup banyak untuk mengisi perut kami, Jojo bahkan sampai memesan 2 mangkok. 

            Setelah selesai makan siang dan Sholat Zuhur, kami meneruskan perjalanan ke Baturraden. Baturaden terletak di sebelah selatan Gunung Slamet, memiliki udara sejuk khas daerah pegunungan dengan panorama alamnya yang cantik dan eksotis. Dari Baturaden, kita dapat melihat pemandangan Kota Purwokerto, Pulau Nusa Kambangan, juga beberapa pantai indah di daerah Cilacap. Niiih oleh-oleh foto dari Baturraden.. :D


Kumpul Lepo Mania

              Setelah puas bermain air, jepret sana jepret sini dan jepret mana-mana, kamipun memutuskan untuk turun kembali ke Purwokerto ke rumahnya Shofyan yang akan menjadi hotel sementara kami sampai esok hari. Pukul 3 sore hari motor-motor kami mulai menuruni kawasan pegunungan diiringi awan-awan hitam yang beberapa menit kemudian akhirnya berubah wujud menjadi rintik hujan, lama kelamaan kami harus memakai jas hujan dan hanya bisa mengendarai motor perlahan karena intensitas hujan yang cukup lebat mengganggu pandangan mata bagi para pengguna kendaraan bermotor.

           Setibanya di rumah Shofyan, kami disambut hangat oleh orang tua Shofyan dengan logat bahasa jawa ngapak khas daerah sana, membuat nuansa daerah Purwokerto semakin terasa. Ruang tamu rumah Shofyan yang pada mulanya sangat amat rapi itupun akhirnya berubah wujud menjadi semacam markas mahasiswa yang acak adul karena banyak orang didalamnya. Malam harinya kami diundang makan-makan oleh teman SMAnya Indy, kemudian nongkrong sebentar ke alun-alun kota purwokerto, lalu menutup acara jalan-jalan malam dengan menyalakan kembang api (yang jauh-jauh dibawa dari Jogja) di depan museum Diponegoro sesaat sebelum kembali kerumah Shofyan.
Daaaarrr Derrrrrr Dooooorrrr.... !

          Waktunya tidur, membayar lelah perjalanan panjang disiang hari tadi sekaligus menyiapkan tenaga untuk perjalanan yang tak kalah panjang diesok hari. Para wanita tidur di kamar, dan para lelaki tidur di ruang tengah.
Selamat malam semuanya, zzzzzzz... -____-

Purwokerto di Pagi hari.
            Selamat pagiiii.. pukul setengah 8 pagi kami berpamitan kepada orang tua Shofyan untuk melanjutkan perjalanan ke Purbalingga dan sekaligus pulang ke Jogja nantinya. Destinasi kami selanjutnya adalah Owabong, wahana air (waterboom) di Purbalingga. Dan beginilah aksi teman-teman saya, mahasiswa tingkat akhir semester 6 diantara anak-anak TK dan SD. -___-


Setelah zuhur, kendaraan kamipun akhirnya harus melaju kembali ke Jogjakarta.
Wazz wuuuzz waaazzz wuuzzz..
Nuansa salip-salipan dengan mobil, truk, dan bus dijalan seperti pada touring-toring biasanya pun kembali memacu adrenalin para driver-driver Lepo mania. Saya sendiri membonceng di belakang sibuk melemaskan urat-urat kepala yang tegang, sibuk memperingatkan driver didepan dengan kalimat hati-hati dan awas yang entah sudah berapa kali refleks dilontarkankan setiap kali posisi motor seakan sedang berada pada arena balap sirkuit ketika harus ada adegan saling menyalip dan disalip. Pyuuuuhh..
           Pukul 8 malam kami tiba di Jogjakarta, membawa oleh-oleh Gethuk Goreng Haji Tohirin yang kami beli di Sokaraja, dan membawa cerita touring perekat persahabatan yang tak terlupakan.

Terima kasih kawan ! Bukan, semoga ini bukan touring terakhir kita :D

Indonesia tanah air beta !
Itu dia cerita perjalanan yang pengen saya tulis, maaf kalimatnya rada rancu loncat sana-loncat siniiii, dah malem e, males ngedit keburu ngantuk.. hehe.

Pokoknya, Lepo mania I love you full, Indonesia I love you full ! Bye !

Jogja, 27 Juni 2013.

Sabtu, 15 Juni 2013

DINGIN

Dingin, semua orang akan rasakan itu jika berada di dataran tinggi seperti tempat kamu berpijak sekarang. Dingin, membuat tubuhmu bahkan bergetar karenanya.
Dingin, sesuatu yg entah seperti apa cara menjelaskannya, tak berwarna, tak bisa dilihat, tak berwujud, hanya bisa dirasa.
Dipeluk dingin bisa saja sebenarnya membuatmu merasa nyaman, tapi kamu terlalu tidak suka dengan kehadirannya, tidak nyaman merasakannya.
Kamu menggigil atas dingin yg menembus pori-pori kulitmu, ia menusuk tulang, menghujam terlalu dalam.
Kamu sudah rasakan dingin itu jauh-jauh hari sebelum hari ini sebenarnya, berada di tempat tinggi seperti saat ini dijadikanmu sebagai alasan, usahamu mencari kambing hitam.
Kemarin-kemarin kamu sudah rasakan, beku bahkan, entah bagaimana bisa.
Sudah sejauh ini, kamu tahu dinginmu tak akan hilang, ia telah lebih dulu menginjeksi seluruh ruang lahir dan batin kamu, menyapu setiap sudut tanpa sempat ruang itu kamu tutup.
Dan kamu, hampir tak lagi bisa rasakan gerak jemarimu, tidak pula bisa merasakan pijak telapak kakimu yg menyentuh tanah. Dingin yg terlalu dingin hampir membuat saraf perasamu seolah putus dalam perjalanannya saat sedang bertugas menyampaikan sebuah rasa untuk seharusnya diolah dan dijelaskan secara logis oleh otakmu.
Diam membuatmu semakin menggigil. Dinginmu terasa tanpa bisa didefinisikan seperti apa, dinginmu berkata-kata tanpa meminta, mengharuskan tanpa memaksa.
Bergeraklah katanya, itu saja.

Tawangmangu, 09 Mei 2013