Firasat, kalau kata Dee bilang,
firasat adalah cara bagaimana alam berbicara kepada kita. Banyak
penelitian-penelitian yang mengungkapkan bahwa alam sebenarnya memang memiliki
hubungan yang erat dengan manusia, tidak hanya dari sisi lahiriah namun juga
batiniah. Bahkan Rhonda Bryne dalam bukunya The Secret mengatakan bahwa alam
berhubungan erat dengan pikiran seseorang, seperti apa kita berfikir tentang
suatu hal, maka seperti itu pulalah alam
akan mendukung apa yang kita pikirkan hingga alam mewujudkan apa yang kita
pikirkan agar menjadi nyata, begitulah cara alam memperlakukan kita.
Bagaimana dengan firasat? rasanya
firasat lebih dulu datang mendahului apa yang belum terpikirkan di benak kita, dan firasat
seringkali berbicara kepada kita melalui alam, baik melalui alam sadar maupun
alam bawah sadar. Firasat barangkali benar adalah cara alam berbahasa kepada
kita, tapi mengendalikannya adalah diluar kuasa kita, mengenai kapan dan untuk suatu
pertanda apa.
Pernahkah
disuatu pagi anda bangun dari tidur anda dengan suatu mimpi buruk yang masih
meninggalkan jejak yang bahkan terlalu menakutkan dalam ingatan anda ketika
anda bangun? mimpi yang membuat sepanjang
hari anda menjadi suram, mimpi yang membuat anda kebingungan harus
berbuat apa. Anda terpikir bahwa mimpi itu membawa suatu pertanda yang akan
terjadi dalam hidup anda, namun sayangnya itu pertanda yang sama sekali tidak
anda inginkan, dan anda berusaha sekuat tenaga untuk menganggap itu pertanda
yang terlalu jauh untuk masuk dalam kategori fakta yang dapat dipercaya. Anda
bertanya kepada siapa saja, tapi sayangnya mereka sama saja, percaya sebagaimana
semua orang selama ini percaya, pertanda sesuatu akan hilang, begitu katanya.
Anda memutuskan untuk tidak lagi bertanya karena hanya akan membuang-buang
waktu saja, toh mereka menjawabpun anda menolak untuk percaya. Anda baru tahu
seperti apa beratnya melawan arus sendirian, tidak percaya apa yang orang lain
percaya bahwa itu pertanda. Anda tidak perduli pada akhirnya siapa yang akan
menang, anda atau mereka, anda hanya perlu menentang didalam hati anda, itu
yang anda tahu.
Entah apa itu
namanya, anda benar-benar tidak percaya
atau hanya berpura-pura tidak percaya, ketika selanjutnya anda memberanikan
diri untuk menghubungi seseorang diujung sana, mendengar suaranya tanpa
menanyakan kabarnya, bertingkah seolah tidak ada yang sedang anda khawatirkan,
lalu menghela nafas lega dan menarik kesimpulan bahwa seseorang yang anda
khawatirkan ternyata baik-baik saja. Itu menjadi bukti yang sudah cukup bagi
anda untuk tidak percaya lalu menenggelamkan mimpi buruk itu seolah tak pernah
ada. Anda bukanlah orang yang pandai menangkap suatu pertanda dari alam, termasuk
pertanda yang dikirim dari alam bawah sadar, itu yang anda percaya.
Sampai pada
suatu ketika, semuanya telah terjadi, sesuatu telah benar-benar hilang, anda benar-benar
merasakan kehilangan besar dalam hidup anda. Butuh waktu cukup lama bagi
anda untuk menyadari bahwa alam pernah berbicara kepada anda sebelumnya, saat
dimana anda menolak mentah-mentah untuk membangun komunikasi dua arah
dengannya, anda tidak menyadari bahwa saat itu suatu pertanda telah diberikan
alam bawah sadar anda, dengan izin Tuhan tentunya.
Setiap orang
pasti punya pengalaman sendiri-sendiri tentang firasat, sayapun demikian.
Firasat seringkali menyelinap masuk dalam kehidupan seseorang tanpa permisi,
tanpa diminta, dan mewujud dalam berbagai cara, entah apa tujuannya, meminta
seseorang yang diberi firasat agar bersiap-siap untuk menerima apa yang akan
terjadi, tapi untuk apa jika hanya itu saja alasannya? Untuk apa jika pada
akhirnya kita tetap tidak bisa mencegah dan merubah apa-apa?
“Jika kamu dimampukan untuk
mencegah, kamu pasti mampu. Tapi jika tidak, seberapa besarpun usaha kamu untuk
mencegah, maka kamu tetap tidak akan bisa. Saat mendapatkan pertanda, yang
perlu kamu lakukan hanyalah menerima, menerima saat pertanda itu datang, dan
menerima apa yang akan terjadi setelahnya...” itu inti dari jawaban yang
ditulis Dee dalam cerita firasat dalam buku Rectoverso yang menjadi salah satu
buku favorit saya. Barangkali benar bahwa firasat mengajarkan kita untuk terlebih
dulu berdamai dengan kenyataan, lalu menerima dan mengikhlaskan apa yang akan
terjadi.