Malam itu hujan, seseorang tengah mengendarai motornya dengan
mengenakan jas hujan yang membuatnya tampak lebih mirip dengan batman jadi-jadian di musim hujan, di pundaknya tergantung ransel berisi setumpuk kertas yang menyita perhatiannya
sampai detik itu. Beberapa hal tengah membuntutinya sejak hari-hari sebelumnya,
terlalu banyak yang menyita, kertas, kepingan puzzle yang tiada wujudnya, musim,
dan setiap inci perubahan yang hampir tidak ia perdulikan. Deru motornya terus melaju
dan menyatu dengan rintik yang masih menyisa di kota itu, tanpa tahu setelah
pukul 00.00 diawal tanggal baru nanti nanti apakah langit berubah menjadi lebih
cerah ataukah masih sama saja.
Ia hampir lupa seperti apa rasanya menunggu detik-detik pergantian
usia yang dulu dianggapnya sebagai sesuatu yang sakral, dimana ia terbiasa menunggu
waktu mengantarkannya tepat pukul 00.00 sambil menghitung mundur ditemani pekat
malam di awal tanggal yang dianggapnya sanggup menjanjikan terwujudnya segala
keinginan.
Banyak hal di hari-hari sebelumnya yang telah hilang, siapa
sangka ia mendadak berubah menjadi orang yang semakin asik dengan dunianya
sendiri, tanpa perduli dengan orang-orang yang memprotes dan berkata jangan, bertanya-tanya
dalam hati apakah orang-orang yang terlampau peka atau ialah yang kini tampak
menjadi makhluk paling tidak peka ditengah banyak hal yang menuntut
kepekaannya dalam segala hal.
Menjelang awal hari yang mereka sebut spesial, ternyata
masih belum juga berhasil bermetamorfosa menjadi sebuah penantian yang spesial
baginya. Hari ini terlalu lelah, jika sanggup menunggu dan tidak tertidur ya syukur,
jika tertidur pun tak lagi menjadi
masalah baginya, pekat malam di pukul 00.00 tidak selalu sanggup menjanjikan keinginan yang
terwujud.
Ia tidak ingin mencipta apa-apa lagi sebagai simbol
bergantinya usia, tanpa itu, kedua angka kembar itu sudah sah. Jika ada yang harus
diminta, maka ia meminta hal-hal yang hilang hanyalah hilang sesaat saja, sebagaimana
barang tercuri yang dikembalikan oleh pencurinya yang tadinya khilaf lalu kini insaf. Lucunya,
ia sendiri tidak tahu pasti, apa yang
hilang dan apa pula yang menghilangkan , ia hanya ingin sesuatu yang hilang itu
agar kembali ketempatnya. Tak mengapa, itu harapan untuk tanggal spesial, Tuhan Maha Tahu,
lebih mengetahui apa yang ia minta meski ia sendiri tak bisa mendefinisikan apa
yang sedang ia pinta.
Tak harus mensakralkan pukul 00.00, tak harus meminta di
hari itu, tak harus mengandalkan pekat malam di awal tanggal itu sebagai lambang
yang menjanjikan perwujudan keinginan dari segala harapan. Memintalah kapan
saja, nikmatilah setiap detik yang ada. Saat ia menuliskan tulisan ini sambil
meminta, 4 November di tahun ini bahkan sudah tak lagi ada.
Selamat Ulang Tahun :D
Selamat menerima kembali sesuatu yang hilang, selamat menikmati
hidup sehidup-hidupnya ! :D
Jogja, 6 November 2013