Laman


Jumat, 27 Desember 2013

SHADOW

Tidak banyak orang bisa mengerti seperti apa rasanya menjadi bayangan, seperti apa rasanya menjadi objek yang tak benar-benar ada. Kamu tidak pernah tahu, akankah bayangan itu hanya akan tetap menjadi bayangan, akankah bayangan itu berubah menjadi nyata.

Tidak ada yang salah ketika sebuah awal telah diputuskan bersama, ketika kalian jatuh-sejatuhnya. Tidak ada yang salah dengan keberadaan dua anak manusia yang sama-sama telah menemukan seorang kawan untuk berlari disampingnya, mencari arah baru sejauh-jauhnya agar lupa jalan kembali ke tempat yang katanya mereka tidak ingin kembali.  Konsep untuk saling menyelamatkan barangkali tidak salah jika disebut sebagai alasan awal mengapa kalian berlari bersama saat itu. Tidak ada yang salah pula ketika misi penyelamatan pada akhirnya berubah menjadi misi menjatuhkan hati, itu anggapan kalian saat itu.

Sesekali kalian berhenti sejenak untuk bercengkerama di sepanjang jalan yang hanya milik kalian, bahagia diatas jejak-jejak langkah yang hanya milik kalian pula, tanpa seorangpun tahu bahwa disitu ada jalan, disitu ada kalian, entah karena kalian tidak ingin membaginya atau memang mereka tidak perlu tahu tentang hal ini. Kamu mengerti, deklarasi menjadi tidak begitu penting lagi saat ini, kamu bahagia, dia bahagia, itu cukup, itu anggapanmu. Kamu butuh dia yang bisa menutup rasa lamamu yang terlampau berkarat, dia yang mampu membuatmu jatuh pada hati yang baru.

Andai saja jejak langkah yang sudah kalian lalui cukup untuk membayar masa lalu, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Tapi entah kenapa dia harus menjadi bagian yang tidak terselamatkan dalam hal ini. Jejak langkahmu disampingnya hanyalah sepersekian dari jejak langkah yang pernah ia lalui dimasa lalu, kamu bukannya tidak paham akan hal itu, kamu bukannya tidak paham dengan resiko yang kamu ambil saat kamu memutuskan untuk berlari disampingnya, kamu bukannya tidak sadar dengan apa yang selama ini kamu takutkan.

Terlanjur, terlanjur kamu masuk kedalam cerita ini, terlanjur kamu jatuh hati. Kamu seperti sedang berdiri diujung menara, melangkah kedepan kamu jatuh, kebelakangpun juga sama. Kamu diam ditempat sembari membuat bayangan dibawah sana sambil memikirkan resiko baru yang harus kamu ambil. Moga-moga kamu tidak sampai membatu karena itu. Tapi hati punya pilihannya sendiri. Jika kamu terpikir akan hal itu, seharusnya kamu tidak perlu sampai membatu karena terlalu lama memikirkan  apa yang harus kamu lakukan selanjutnya.


Tidak banyak orang bisa mengerti seperti apa rasanya menjadi bayangan, seperti apa rasanya menjadi objek yang tak benar-benar ada. Kamu tidak pernah tahu, akankah bayangan itu hanya akan tetap menjadi bayangan, akankah bayangan itu berubah menjadi nyata.

Jogja, 28 Desember 2013